Membuka April bersama BI

Perjumpaan pertama JRU di bulan April 2008 ini diisi dengan sesuatu yang mengesankan. Mengapa? Karena di hari yang secara internasional dikenal sebagai April Mop ini dibuka dengan sebuah rezeki silaturahmi baru antara JRU dengan BI Semarang yang mengunjungi langsung Jaringan RumahUSAHA (JRU) yang diwakili oleh Warung Wedangan dan Falah Ethnic Card.

Sekitar 15 orang rombongan pejabat teras BI yang terdiri atas Tim Pengembangan Sektor Riil & UMKM Kantor BI Semarang dan beberapa tamu dari BI Solo, Jogjakarta, dan kantor pusat BI Jakarta merapat di Warung Wedangan untuk mencicipi hidangan makan siang. Rombongan dipimpin langsung oleh Mahdi Mahmudy, Deputi Pemimpin BI Semarang bidang Ekonomi & Moneter. Tim BI langsung diterima oleh Koordinator Relawan JRU, iLik sAs yang ditemani oleh beberapa relawan seperti Ririn Narulita, Sutar Adijoyo, Heruningsih Kusumaningrum, Tri Prameswari, Erna Hermiyanti dan Adhimmas Nugroho. Makan siang berlangsung dalam suasana yang hangat dan akrab. Kebersamaan antara JRU dan Tim BI kemudian berlanjut dengan ramah tamah yang dilangsungkan di markas Falah Ethnic Card. Tim BI terkesan dengan gerakan-gerakan JRU yang secara langsung memberdayakan masyarakat melalui kegiatan kewirausahaan. Rombongan diajak untuk melihat-lihat produksi blanko undangan “Falah Ethnic Card” dan amplop “Falah Gift Envelope”. “Produk JRU yang ada di Falah Ethnic Card ternyata merupakan produk yang kreatif dan memiliki pasar yang bagus,” tutur Herdiana, salah seorang analis senior yang turut dalam rombongan. Selepas melihat proses produksi dan produk Falah Ethnic Card, rombongan kemudian sambungrasa di ruang tengah markas Falah. “Gerakan kami adalah gerakan murni kewirausahaan yang memberdayakan dan berkelanjutan,” ucap iLik sAs membuka paparan mengenai JRU. iLik kemudian menjelaskan mengenai konsep pendampingan usaha berkelanjutan yang dilakukan oleh JRU hingga menghasilkan 20 unit usaha yang mampu memberikan kontribusi ke gerakan-gerakan JRU. Mahdi Mahmudy, Deputi PBI kemudian menanyakan bagaimana JRU bisa berkembang dengan memanfaatkan akses permodalan yang disediakan oleh bank. Pertanyaan ini kemudian dijawab Sutar Adijoyo, relawan JRU yang juga koordinator Falah. “Kami pada awalnya berkembang tanpa sentuhan akses permodalan tetapi belakangan sesuai dengan perkembangan skala bisnis, kami mulai bersentuhan dengan berbagai kredit komersial yang ditawarkan oleh beberapa bank,” ujar Sutar sembari menjelaskan jika permodalan tersebut kebanyakan digunakan untuk investasi mesin dan investasi lokasi usaha. Lebih lanjut, iLik sAs sedikit menguraikan bagaimana perkembangan gerakan JRU bisa sedemikian akseleratif dalam beberapa tahun terakhir. “Kami sepakat untuk menggunakan otak kanan, sehingga tidak pernah merasa pusing atau banyak pertimbangan ketika mengambil keputusan membuka bisnis,” ujarnya serius. Namun, keputusan imajinatif tersebut tentu saja dibarengi dengan kesediaan untuk total mendalami bisnis tersebut, fokus mengembangkan, dan melakukan pendampingan intensif di sisi manajerial. “Otak kanan atau otak rasa sangat dibutuhkan untuk membuat keputusan awal di bisnis-bisnis kami, tetapi, hal ini tentu saja dibarengi dengan kemampuan manajerial yang tentu saja masih banyak berhubungan otak kiri,” lanjutnya. Kesetimbangan antara pemikiran visioner dan melakuka hal-hal realistis adalah simpulan yang menginspirasi perkembangan JRU. Di akhir acara, Mahdi Mahmudy mewakili tim BI yang berkunjung menyampaikan kesan serta hal apa saja yang bisa dikembangkan bersama untuk mengembangan sektor riil & kewirausahaan di Jawa Tengah. JRU kemudian mengusulkan draft Entrepreneur Character Academy (ECA) yang merupakan medium penangkaran mental kewirausahaan melalui pendampingan dan pemberian keterampilan praktis berusaha. Rombongan juga berkesempatan untuk mengadakan foto bersama sebelum meninggalkan markas Falah.
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.