SILATURAHMI BISNIS JRU & SENITY
Handoko : “Hidup ini Jangan Berhenti Berbuat Baik”

Minggu (8/7) kerabat Jaringan RumahUSAHA bersama dengan anggota komunitas Senity angkatan X berkunjung ke Kampung Seni Lerep yang berada di kaki Gunung Ungaran, tepatnya di Dusun Soka, Desa Lerep. Pusat aktivitas kesenian seluas 1 ha tersebut baru saja diresmikan keberadaannya oleh Gubernur Jawa Tengah, Ali Mufiz beberapa waktu lalu dalam sebuah pergelaran seni yang menampilkan aneka ragam kesenian tradisional.

Rombongan kemudian diterima langsung oleh Pemilik Kampung Seni Lerep, Handoko yang ditemani oleh beberapa pegiat KSL seperti Uung Sumaryono, Andreas Sumaryoto, dan Mujiono di Joglo Andrawina. Handoko yang dikenal publik sebagai pecinta seni artefak arkaik ini menjelaskan keberadaan Kampung Seni Lerep adalah salah satu penyaluran kecintaannya terhadap dunia seni budaya sekaligus untuk memberikan medium berkarya bagi para pekerja seni. “Ini semua saya rancang untuk memajukan dunia kesenian dan kebudayaan,” ujarnya bersemangat. Pembangunan Kampung Seni Lerep tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit, dan ini dialami oleh Handoko serta pegiat lainnya yang terlibat saat inisiasi fasilitas kebudayaan ini. “Saya tidak pernah punya pikiran apapun ketika membangun ini semua, semuanya mengalir dan diberi rezeki sendiri oleh Tuhan,” ujar Handoko. Mujiono, pegiat Kampung Seni Lerep yang juga Dosen Fakultas Sastra Universitas Diponegoro menambahkan, pada awalnya pembangunan Kampung Seni Lerep ini bermodalan saldo sebesar Rp 375 juta yang kemudian bertambah terus hingga mencapai bilangan miliaran rupiah. “Semuanya ditalangi sendiri oleh Pak Handoko,” sambungnya. Meskipun begitu, Handoko dan pegiat lainnya sadar jika keberadaan Kampung Seni Lerep ini tidak akan memberikan manfaat apapun jika tanpa kontribusi dan partisipasi dari pihak lain. “Kampung Seni Lerep sangat terbuka bagi siapapun yang ingin beraktivitas di bidang seni-budaya di sini,” ujar Uung Sumaryono. Ketika ditanya bagaimana kesehariannya dalam berbisnis, Handoko yang berbisnis barang-barang antik ini mengaku prinsip bisnisnya hanya sederhana yaitu ulet dan jujur. “Sebenarnya berbisnis itu sederhana, kita harus ulet dan jujur kepada konsumen kita,” ujarnya. Keuletan dan kejujuran itu yang menjadi kunci suksesnya dalam berbisnis selama puluhan tahun terakhir ini. Bagi sesama pebisnis di bidang tersebut dan kolektor dari mancanegara sekalipun, nama Handoko bisa dikatakan cukup tenar. Bagi Handoko, ketenaran, popularitas, atau kesuksesan di bisnis yang saat ini tengah digenggamnya adalah bukti kuasa Tuhan. “Apapun yang saya lakukan ini semuanya atas kuasa Tuhan,” sambungnya tenang. Pria berusia 52 tahun tersebut memiliki sebuah pegangan hidup : Hidup ini Jangan Berhenti Berbuat Baik. Keyakinannya pada pedoman ini yang membuahkan kelancaran jalannya di ranah bisnis sekaligus pengabdiannya lewat Kampung Seni Lerep salah satunya. “Jangan berhenti berbuat baik, karena tugas kita hanya berbuat baik,” ujarnya menutup pembicaraan siang itu.
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.