Angsa dan Keberaniannya

Sepulang jalan santai, saya mempunyai janji dan hendak pergi ke kediaman salah seorang sahabat. Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku. Antar rumah kami hanya dipisahkan oleh sebuah gang kecil. Mungkin jaraknya hanya 100 meter. Ketika melewati sebuah gang kecil yang merupakan jalan pintas antara kediamanku dan kediaman sahabat, saya berjumpa dengan dua ekor angsa yang sepertinya berpasangan. Mereka keluar dari kandang yang ternyata tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Kedatangan saya pun sepertinya tak diinginkan mereka. Seolah-olah, mereka berpikir bahwa saya akan mengganggu keintiman mereka. Kemudian salah satu dari kedua angsa tersebut – yang menurutku berjenis kelamin jantan, berdiri menuju arahku. Lagaknya seperti hendak menerjang. Saya tetap santai. Tetapi angsa tersebut semakin maju.

Saya pun mencoba menyunggingkan bibir dan tersenyum manis di hadapannya. Saya kembali melangkah melewati gang tersebut. Si angsa jantan tetap mau menyerangku. Ia bahkan sempat menabrakkan badannya ke badanku. Ia menyerangku dengan segenap kekuatannya sambil berteriak keras dengan suaranya yang cempreng. Untuk kedua kalinya saya mencoba mundur selangkah. Sedangkan si angsa terdiam sejenak. Lalu saya maju lagi. Si angsa pun kembali maju dan menyerang. “Apa maunya angsa ini?” batinku.

Saya tidak tahu harus bagaimana. Yang jelas, saya tidak pernah bermaksud mengganggu mereka berdua. Saya hanya ingin pergi ke rumah salah seorang sahabat. Tetapi apa yang harus saya lakukan? Bagaimana caranya saya mengutarakan itu semua agar si angsa tidak salah paham? Saya bingung dan akhirnya mundur kembali.

Entah menyerah atau mengerti apa yang saya pikirkan, si angsa tak menyerang lagi. Ia mundur secara perlahan dan menuju ke arah angsa lain yang kemungkinan adalah pasangannya. Mereka berdiam. Saat itulah saya mengetahui mengapa si jantan melakukan hal konyol tadi. Ya, angsa jantan ingin melindungi angsa betina. Ia ingin membuktikan bahwa ia adalah seekor angsa pemberani. Ia akan melakukan apapun agar tidak ada yang bisa mengganggu hubungan mereka dan menjaga agar tetap dalam keadaan baik.

Kedua angsa tersebut kemudian saling bercengkerama. Salah satu angsa saling mendekap angsa lainnya. Saya hanya dapat mengagumi kasih sayang dan keberanian si angsa untuk menjaga pasangannya. Saya pun akhirnya memahami dan menghargai tindakan si angsa. Ya, saya harus memberikan kesempatan agar mereka bisa bercengkerama dengan tenang. Tak ada pilihan lain bagi saya kecuali memilih jalan lain menuju ke rumah sahabat, sekalipun jalan tersebut cenderung lebih jauh. Dan untungnya, saya mengendarai sepeda motor.

Saya cukup salut terhadap angsa jantan. Angsa tersebut berani menyerang saya yang jauh lebih besar dan lebih kuat dibanding dirinya sendiri. Tentu, demi menjaga hubungan dan hidup mereka. Sekalipun saya sebenarnya tidak berniat jahat pada mereka, tetapi ia mampu membuktikan sikap gentle-nya di mata pasangan.

Sejak saat itu, saya berusaha mengingat keberanian sang angsa setiap kali mendapatkan masalah. Keberanian angsa jantan tersebut mampu mengukir inspirasi di pikiran maupun batinku. Satu pesan, bila kita menginginkan atau memperjuangkan sesuatu, memang harus dilandasi dengan keberanian, walaupun masalah yang kita hadapi nantinya akan sangat besar dan jauh lebih besar daripada kemampuan kita.


Serena Marga
Wiramuda, Relawan JRU
twitter: @saoriserena

Tidak ada komentar:

Silahkan isi komentar ...

Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.