Perjuangan untuk Bergembira

Sungguh, keindahan pagi itu tidak akan datang sebagai hadiah. Tak peduli udara pagi selalu lebih segar, tak peduli apakah di pagi hari burung-burung selalu beryanyi tetapi bagi hati yang sumpek, semuanya tak punya arti. Alam memang memberikan banyak setiap kali, tetapi percuma saja jika kita tidak punya tempat untuk menerima.

Apa saja butuh diperjuangkan termasuk kegembiraan. Di rumah, saya tak henti-hentinya mengampanyekan perjuangan ini, karena keluarga adalah tulang punggung semua urusan. Kegembiraan adalah sebuah mata rantai, yang ketika satu saja terputus, semua akan berantakan.
Di kantor, Anda boleh sedang meledak oleh kegembiraan karena baru saja naik jabatan. Tetapi apa jadinya jika anak Anda harus masuk rumah sakit secara bersamaan.
     
Apa jadinya jika anak itu bukannya sakit, tapi malah minggat oleh sebuah kenakalan. Ketimbang kumpul bersama keluarga, ia memilih kabur bersama geng motornya karena sebuah alasan. Jika ini terjadi, seluruh kenaikan karier di kantor hanya akan Anda kutuki. Musibah yang datang tepat di hari keberutungan, pasti soal yang amat menjengkelkan.
    
Banyak sekali pemutus kegembiraan itu, mulai dari soal-soal besar yang tak terhindarkan sampai soal-soal kecil hasil sebuah kekonyolan. Piknik keluarga yang dibayangkan akan penuh tawa dan kegembiraan bisa berubah menjadi ajang pertengkaran cuma karena satu dua barang ketinggalan.
Semua faktor pemutus itu mengintip dan mengepung di sekitar kita. Ia membutuhkan kewaspadaan penuh untuk menangkalnya. Dan sikap waspada itu harus menjadi komitmen bersama, karena satu saja anggota keluarga teledor, seluruh bangunan akan runtuh kembali dan menyisakan cuma pondasinya.
     
Misalnya begini: saya punya kebiasaan mengajak seluruh keluarga untuk memberi kontribusi kegembiraan di pagi hari dengan cara membuang muka cemberut. Kalau perlu usahakan tertawa dan bernyanyi. Berat, tetapi semua harus berusaha, tak terkeculai saya. Jika tubuh lemas karena kesadaran belum sempurna usahakan untuk segera mengusirnya.
Caranya dengan bergerak secepat dan sesering mungkin, jingkrak-jingkrak kalau perlu. Tak peduli di kepala mulai penuh dengan beban harian: yang bapak beban pekerjaan, yang ibu beban rumah tangga, yang anak beban sekolahan, tak boleh membuat kita menjadi egois. Semua orang punya beban, maka orang tak boleh memindah beban sendiri ke pihak lain sebagai beban tambahan mereka.
     
Maka jika semua orang sudah mencoba bergembira kok masih ada satu anggota keluarga yang cemberut, misalnya hanya karena belum mengerjalan PR atau HP-nya nyelip entah ke mana, kami anggap ia gagal komitmen. Ia tidak menghargai  azas gotong royong pihak lain yang telah bersusah payah membuat pagi agar terasa lebih indah.
     
Sungguh, keindahan pagi itu tidak akan datang sebagai hadiah. Tak peduli udara pagi selalu lebih segar, tak peduli apakah di pagi hari burung-burung selalu beryanyi tetapi bagi hati yang sumpek, semuanya tak punya arti. Alam memang memberikan banyak setiap kali, tetapi percuma saja jika kita tidak punya tempat untuk menerima.

Apa yang sedang saya upayakan itu adalah mengajak siapa saja untuk lebih punya kesiapan menerima. Kegembiraan adalah sejenis udara bebas yang harus kita tangkap dengan memertinggi daya dan pemancar penerima. Dan pemancar itu, tidak bisa dibangun  sendiri, tapi harus bersama-sama. (Prie GS)

Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.