Telapak Kaki

Perusahaan sering mati  bukan karena persaingan melainkan lebih karena dirinya sendiri. Terlalu banyak perusahaan yang menjadi sehat karena persaingan dan tak terhitung perusahaan yang tanpa disaingi pun mati sendiri. Begitu juga dengan karier dan profesi, selalu ada tempat untuk seseorang tanpa orang lain sanggup merebut dan menempati. Jadi mematikan teman seiring hanya karena takut tersaingi adalah soal tidak perlu. Tak terhitung  orang yang disingkirkan cuma untuk menemukan kebaikannya di tempat yang baru.

Tak terhitung betapa banyak saya duduk bersila, tapi baru kali ini saya berkesempatan bersila sambil memperhatikan telapak kaki. Di sana ada banyak guratan dengan kerapian yang menakjubkan dan sama sekali tak pernah saya amati. Jika telapak kaki adalah kanvas, saya belum pernah menatap lukisan sesepektuler ini. Tak ada satupun ruang kosong yang tak terisi.

Ia penuh dengan liukan garis yang seirama, jutaaan garis yang  bergerak bersama-sama untuk sebuah tujuan yang tidak jelas ke mana tetapi garis ini serentak bergerak seirama. Tak jelas ia mulai dari mana dan akan berakhir  di mana. Sepertinya setiap bagian bisa menjadi awal dan menjadi akhir sekaligus, tergantung selera penafsiranya.

Garis-garis itu, meskipun bergerak di tengah kerumitan  tetapi tak satupun dari mereka yang keliru menempati jalurnya. Di tengah kerapatan, setiap garis itu selalu memiliki jalannya sendiri dan tidak menjarah jalan pihak lain. Di dalam kepadatan, mereka hidup teratur, saling memberi tempat dan menyediakan tempat bagi yang lainnya. Garis-garis di telapak kaki itu seperti kumpulan  seluruh penari yang sedang bergerak secara bersama tanpa pernah satupun ada salah gerak  dan tabrakan karena sebuah kekeliruan.

Saya belum pernah melihat tarian sekolosal ini dengan koreografer berdiri entah di mana. Saya belum pernah mendengar orkestra dengan gemuruh harmoni yang demikan raksasa sambil Sang Dirigen itu menyelinap entah di sebelah mana. Tak terjelaskan posisinya tetapi begitu jelas kepatuhan harmoni ini atas sebuah perintah. 

Di telapak kaki yang saya pakai untuk berjalan setiap hari ini ternyata saya dapati sebuah orbit yang juga diperagakan oleh alam raya. Ada milyaran bintang di sebuah galaksi, tetapi semua tunduk di dalam garis edarnya.  Ada milyaran galaksi  dengan kepatuhan yang sama dalam menjaga garis edar tanpa kita tahu pengaturnya tetapi kita rasakan kepatuhannya.

Ada lukisan akbar di telapak kaki saya dan ini pun baru sekadar satu kaki  di antara kaki sekian milyar penduduk dunia. Dan fakta berikutnya ialah betapa tak satupun dari lukisan di kaki kami ini ada yang benar-benar sama. Jadi kenyatan saya sebagai manusia ternyata sejalan dengan kenyataan garis-garis di kaki ini. Di dalam kepadatan sekalipun, selalu ada jalan yang telah disiapkan.

Penduduk dunia datang dan pergi tetapi ia sama sekali tak pernah  bisa merebut tempat kita seperti halnya kita mustahil merebut tempat mereka. Berkurang dan bertambahnya jumlahnya manusia sama sekali tak mengancam perbedaan gurat di setiap kaki  Itu artinya, setiap pedagang boleh terus bermunculan tanpa pedagang lain harus ketakutan. Di  pasar barang bekas, semua pedagang berjualan barang yang sama tetapi semua  kebagian rezekinya.

Perusahaan sering mati  bukan karena persaingan melainkan lebih karena dirinya sendiri. Terlalu banyak perusahaan yang menjadi sehat karena persaingan dan tak terhitung perusahaan yang tanpa disaingi pun mati sendiri.

Begitu juga dengan karier dan profesi, selalu ada tempat untuk seseorang tanpa orang lain sanggup merebut dan menempati. Jadi mematikan teman seiring hanya karena takut tersaingi adalah soal tidak perlu. Tak terhitung  orang yang disingkirkan cuma untuk menemukan kebaikannya di tempat yang baru.

Semua yang saya ingatan ini sesungguhnya tak perlu lagi diingatkan karena ia terus menerus diingat-ingatkan. Bahwa Anda ada adalah pribadi yang berbeda sudah ditegaskan dengan berbagai cara: lewat wajah, mata, hidung, mulut gigi, hingga lewat berbagai fenomena. Tetapi karena kita tidak mudah yakin dan mudah sekali liupa, alam tak henti-henti mebujuk untuk mengingatnya lewat apa saja termasuk lewat telapak kaki. Tegasnya, semua yang ada ini hanyalah para pembujuk yang tak henti-hentinya meminta manusia  meyakini keajaiban besar ini. (Prie GS)

Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.