Sanggar Anak Akar Studi Kewirausahaan Sosial di JRU

Sebagai sebuah model kewirausahaan sosial, JRU ternyata merupakan salah satu yang layak dijadikan referensi. Salah satu yang mengakuinya adalah Sanggar Anak Akar yang inisiatornya yaitu Pakde Sus telah berkunjung ke JRU beberapa waktu lalu. Kini, salah satu pegiatnya dikirim untuk studi banding.

Model kewirausahaan sosial sesungguhnya adalah sebuah model yang kompleks. Titik berat dari dua kata yang membangunnya harus dibangun setimbang. Antara “kewirausahaan” dan “sosial”. Padahal, di dunia nyata, keduanya adalah dua sisi yang berlainan. Kewirausahaan masih banyak dipahami sebagai sebuah upaya untuk menumbuhkan kapital melalui usaha mandiri sedangkan konteks sosial lebih banyak dianggap sebagai sebuah upaya untuk “keluar uang”.

Untuk menjembataninya, diperlukan sebuah pemahaman, untuk mencapai kewirausahaan sosial, hal pertama yang dicapai adalah kewirausahaannya dulu. Sukses sebagai wirausaha kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk memberdayakan lebih banyak orang dalam sebuah proses yang berkelanjutan, berorientasi kemandirian jangka panjang, dan memberi dampak pada lebih banyak komunitas. Pada fase inilah, kewirausahaan tengah bertransformasi menjadi sebuah upaya kewirausahaan sosial. Alienasi antara keduanya harus jelas agar idealisme sosial tidak dimanipulasi oleh sebuah upaya kapitalisme. Sebaliknya, profesionalisme dalam dunia kewirausahaan tidak didistorsi dengan muatan sosial.

Dua hal tersebut adalah intisari dari perbincangan antara Abdul Rochim alias Uwing dengan beberapa Founder JRU seperti iLik sAs, Agung Kurniawan, Tri Prameswari, dan Arie Rachmawati dalam diskusi ringan untuk menyambut kedatangan saudara dari Kalimalang, Jakarta Timur. Ya, sejak Rabu (7/9) hingga Jumat (9/9), Uwing melakukan studi banding dan observasi mengenai konsep kewirausahaan sosial yang kini tengah dicoba untuk diimplementasikan oleh Sanggar Anak Akar. “Kami belajar untuk memecahkan tantangan hari ini di mana kami harus semakin mandiri dalam membiayai operasional kegiatan sanggar,” tuturnya singkat ketika ditanya motivasi Sanggar Anak Akar dikirim.

Sanggar Anak Akar adalah sebuah rumah singgah dan belajar bersama dalam sebuah koridor pendidikan bebas bagi masyarakat marjinal di Kalimalang, Jakarta Timur. Inisiatornya adalah Susilo Adinegoro alias Pakde Sus yang kini tengah membiayai kehidupan sekitar 41 anak sanggar untuk belajar menemukan dirinya sendiri dan belajar berkelompok. Untuk menunjang operasional mereka, kini mereka merintis pembentukan unit bisnis yang profesional. “Ke depan, unit bisnis ini diharapkan menjadi salah satu kontributor dalam meopang operasional sanggar di samping kepedulian donatur daln pekerjaan program yang saat ini masih mendominasi arus kas sanggar<” tutur Uwing lebih lanjut.

Selama di Semarang, Uwing dijadwalkan akan mengunjungi lokasi pendampingan usaha di Kalisari, Tampomas, Wiroto, hingga ke Pekalongan. Diharapkan, setelah melakukan studi banding ini, manajemen unit bisnis sebagai sebuah entitas profesional dapat terwujud!
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.