Belajar Bersama di Al-Rifdah

Belajar tidak akan pernah mengenal batas, sumber, dan waktu. Dari siapapun, kapanpun, dan di manapun kita dapat belajar tentang sesuatu. Inilah salah satu prinsip komunal yang dipegang oleh segenap relawan Jaringan RumahUSAHA. Hari ini, sebagian relawan JRU belajar tentang satu hal lagi. Belajar untuk menghargai kesempurnaan diri, bagaimanapun kita hari ini, dan menghargai kehidupan. Kami mendapatkannya di sebuah panti asuhan cacat ganda.

Berbagi bukanlah sesuatu yang istimewa lagi di JRU. Setiap tarikan napas insan JRU harus senantiasa dilandasi sebuah spirit berbagi. Inilah yang senantiasa menjadi sebuah pekerjaan bersama bagi kami semua untuk senantiasa menghidupkannya di dalam kehidupan kami. Salah satu yang kami lakukan hari ini adalah bagaimana kami berbagi dan belajar di satu kesempatan yang sama. Hari ini kami berangkat bersama untuk mengunjungi saudara kami yang diberi kelebihan dalam kehidupannya. Mereka berkumpul di sebuah panti sederhana yang gedungnya sendiri masih dalam tahap penyelesaian. Mereka adalah saudara-saudara kita semua di Panti Asuhan Cacat Ganda Al-Rifdah.

Panti asuhan yang berada di bilangan Tlogomulyo di timur Semarang ini adalah sebuah panti swakarsa dan swadaya. Lahir dari sebuah gerakan hati seorang perempuan bernama Rahma, panti ini kemudian menjadi referensi bagi saudara-saudara kita yang tersisihkan dari peradaban komunal lazimnya. Ada saudara kita yang datang ke panti ini dari sebuah kardus, kiriman dari kantor polisi, bahkan eks warga binaan Satpol PP yang terentas dari kerasnya jalanan. Mereka di sini belajar untuk menikmati sebuah kehidupan yang terberi, kehidupan yang mendekati layak sebagai sebuah hakikat kemanusiaan. Ibu Rahma bukanlah sosok yang berlebih. Kehidupan sehari-harinya ditopang dari profesinya sebagai guru di salah satu sekolah menengah di Semarang. Tetapi, semangat berbagi itulah yang kemudian membesarkan nyalinya untuk memberikan sebuah kesempatan hidup yang layak untuk saudara-saudara kita tersebut.

Saudara-saudara kita di Al-Rifdah ini terbilang luar biasa. Mereka adalah saudara kita yang memiliki kebutuhan khusus. Ada yang bersanding dengan epilepsi, Hydrocephallus, malfungsi usus karena terlalu panjang, autis, bahkan ada yang mengalami kelumpuhan kompleks sehingga hanya bisa terbaring di atas pembaringan. Jumlah seluruhnya ada 19 orang dengan dua balita yang ditempatkan terpisah. Ibu Rahma dibantu oleh 4 orang pendamping yang semuanya laiknya orangtua asuh untuk mereka. Semuanya apabila dikata pasti selayaknya mendapatkan sebuah perlakuan khusus. Tetapi, tidak bagi mereka. Kehidupan berjalan layaknya biasa. Mereka mandi, makan, dan bercengkrama laiknya sebuah keluarga. Bahkan, di kala makan siang, beberapa di antara mereka dapat berbagi tugas dengan pendamping untuk menyuap bagi saudara mereka yang tidak dapat turun dari pembaringan. Persoalan mengurus sampah juga terselesaikan karena salah satu dari mereka, dengan segala keterbatasannya, membawakan sampah dari dalam ke gerobak sampah yang menghampiri panti tersebut di sore hari.

Relawan JRU tidak sekali saja datang ke sekolah kehidupan ini. Tercatat sudah empat kali relawan JRU datang ke lokasi ini biarpun terpisah. Diawali dengan kedatangan Sutar Adijoyo dan keluarga, kemudian keluarga Founder JRU, iLik sAs dan Ririn Narulita, Adhimmas Nugroho dengan rombongan #SMGBerbagi, dan terakhir rombongan relawan JRU yang terdiri atas perempuan-perempuan wirausaha. Setiap kali kedatangan tersebut, senantiasa ada sebuah cerita yang terbagi di antara kami. Cerita untuk senantiasa bersyukur dan memaknai hidup ini semakin mendalam. Mereka adalah salah satu guru yang mengajarkan kepada kami di komunitas ini untuk belajar berkarya lebih sungguh-sungguh. Sungguh, kami tidak akan sekali atau dua kali ke sana, kami akan datang berkali-kali. Datang untuk belajar dan terus meneguhkan semangat kami, semangat Berprestasi dan Berbuat baik! 
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.