Memahami Sakinah Dimulai dari Memahami Diri Sendiri

Membangun keluarga yang sakinah adalah dambaan dari setiap insan yang berkeluarga. Tetapi, proses untuk membangun keluarga ideal tersebut adalah sebuah proses yang ujungnya entah di mana. Fatimah Amin Syukur, dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang berbagi setangkup nasehat membangun keluarga sakinah kepada kerabat komunitas JRU. Kegiatan yang dibungkus dalam tajuk Kajian Rohani Bersama ini menjadi salah satu kegiatan yang akan mewarnai Aula JRU di Pondok Indraprasta.

Keluarga sakinah adalah sebuah impian ideal untuk semua insan yang berkeluarga. Melalui sakinah tersebut, diharapkan sebuah kebahagiaan hakiki dunia-akhirat yang dijanjikan melalui sebuah ikatan pernikahan akan tercipta. Inilah sebuah keutamaan membangun keluarga sakinah. Tetapi, persoalan membangun keluarga sakinah tersebut akan sama kompleksnya dengan serangkaian ujian menghadapi hidup. Selalu saja ada riak-riak kecil yang apabila tidak ditangani dengan baik justru menjadi bara laten yang akan menjauhkan kita dari predikat sakinah tersebut.

Hal tersebut adalah salah satu nukilan simpulan sambung rasa rohani bersama Fatimah Amin Syukur, dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang bersama dengan suaminya, Prof. Amin Syukur menjadi salah satu penceramah rohani yang laris di Jawa Tengah. Kehidupan pasangan dosen yang berputri dua tersebut menjadi salah satu bahasan dalam sambung rasa yang disampaikan oleh perempuan yang dilahirkan di Kediri tersebut. Bahkan, Fatimah berani membuka kartu mengenai salah satu tantangan untuk mempertahankan biduk rumah tangganya ketika suami tercintanya mengalami sakit pada medio 1997. “Godaan itu datang bukan hanya untuk Anda yang muda, tetapi di usia pernikahan yang matang pun kita tetap akan disapa dengan godaan,” tuturnya lembut.

Fatimah mengatakan jika sakinah adalah sebuah proses yang tidak datang dengan serta merta. Awal dari membangun sakinah berasal dari pemahaman diri kita sendiri akan keberadaan 4 dimensi rohaniah kita. Mengapa ini penting? Karena ruh menjadi sebuah penggerak yang mengarahkan kita sekaligus membedakan antara kita sebagai makhluk paling dimuliakan dengan makhluk lainnya. Keempat bagian tersebut adalah hati, roh, nafsu, dan akal. Memahami esensi keempatnya akan menuntun kita untuk sadar sebagai makhluk Allah kita itu kecil. Tetapi, di perspektif yang lain, melalui keempat dimensi itu manusia menjadi makhluk yang mengatur segalanya dan diberi pemahaman untuk mejadi khalifah.

Esensi-esensi hubungan tersebut yang kemudian akan menuntun kita membangun komunikasi yang lebih baik dengan pasangan. Fatimah menandaskan jika membicarakan hubungan suami-istri yang sakinah tidak akan pernah dapat terbahas dalam satu pertemuan saja. Kajian ini nantinya akan mejadi salah satu agenda rutin bulanan untuk kerabat relawan JRU. Menurut Tri Prameswari, Koordinator Program JRU, kajian ini diharapkan menjadi salah satu rekreasi rohani untuk kerabat relawan JRU. Tema yang diangkat nantinya juga merupakan dimensi-dimensi universal dari sebuah hubungan kemanusiaan. “Kami ingin menampilkan sebuah masyarakat integratif yang belajar berkemanusiaan dari berbagai sudut pandang,” tuturnya ringkas menutup pembicaraan.  
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.