Dari Kelana Komunitas ke Jogjakarta

Silaturahmi adalah sebuah simpul yang membuat kita menjadi semakin merasakan sebuah kebersamaan. Dari silaturahmi juga kita dapat membangun berbagai kesempatan dan peluang untuk tumbuh bersama. Jaringan RumahUSAHA menyadari hal tersebut sebagai salah satu gen. Di kesempatan penghabisan Ramadhan yang lalu, relawan JRU berkesempatan berkelana komunitas di Jogjakarta. Dua pendekar komunitas disambangi. Berikut ceritanya.

Mengalami fase kejatuhan dalam berbisnis adalah sebuah proses yang mengasyikkan bagi seorang wirausaha yang berkomitmen untuk tumbuh tangguh. Tidak ada satu proses keberhasilan yang tidak dibangun di atas tangga kejatuhan. Inilah salah satu inspirasi dari seorang Decky Suryata. Anak muda yang memiliki talenta luar biasa dalam berbisnis ini membuktikan ketajaman intuisi dan kemampuan intelektualnya dalam berbagai kompetisi bisnis yang diikutinya. Di usia yang sangat muda, Decky membangun “kerajaan bisnis” bertajuk Terminal Sukses Corporation yang bergerak di bisnis waralaba burger, olahan ketela, hingga ke pengolahan salak pondoh. Berbagai kompetisi bergengsi diikutinya dan berhasil dilewati. Salah satunya adalah Youth Startup Icon 2011 yang disabetnya dari The Marketeers dan Markplus. Bahkan, pria yang berdomisili di kawasan D, Sleman itu menjadi finalis nasional Wirausaha Muda Mandiri 2011 yang bergengsi itu.

Semua yang didapatkannya ternyata adalah sebuah ujian yang mahal harganya. Dukungan dana dari sumber pinjaman hari ini membuatnya berpikir ulang tentang ketahanan bisnis. Decky kini memilih fokus ke olahan salak pondoh yang dilahirkannya dengan nama Salakka. Dari sebuah ruko yang berdiri megah di tepian jalan Palagan Tentara Pelajar, Sleman kini Decky memindahkan bisnisnya ke rumah miliknya yang berada di daerah yang sama meskipun harus berjarak 100 meter dari tepi jalan. Perlahan tetapi pasti, pria yang sudah berulangkali menerima publisitas di berbagai media ini menata kembali bisnis dan keluarganya. Beserta dengan istrinya tercinta, Decky kini fokus mengembangkan bisnis oleh-oleh olahan salak pondoh. Di tangan kreatifnya, Decky mengolah salak pondoh yang tadinya bahkan hanya dijadikan pupuk kompos menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Hasilnya adalah olahan brownies salak pondoh. Inilah salah satu ikon pangan yang kini menjadi salah satu oleh-oleh khas Jogjakarta selain bakpia dan gudeg.

Satu kerabat lagi yang dikunjungi adalah Hafidullah dan David Rianto. Keduanya adalah pakar di bidang komunikasi dan teknologi informasi. Hafidullah adalah pendiri pendamping dari Rwebhinda Media, sebuah perusahaan yang bergerak di solusi pemasaran strategik terutama yang berkaitan dengan dunia digital dan basis teknologi informasi. Sedangkan David Rianto adalah perencana strategi senior yang menjadi salah satu motor utama di perusahaan yang masih terhitung belia tersebut. Hafidullah adalah kawan dari Masril Koto, pendekar keuangan mikro dari Minangkabau, yang sebelumnya sudah pernah berkunjung ke Semarang. Salah satu kesan yang ditangkap oleh Sutar Adijaya Putranto, relawan JRU yang berkarib dengannya, anak muda satu ini memiliki magma yang cukup dalam. Kompetensi yang mendalam di dunia teknologi informasi dan komunikasi berbasis media digital membuatnya menjadi cerdas mengemas kata walaupun senantiasa merendah. Jaringannya juga cukup luas mengingat reputasinya semasa mahasiswa menjadi aktivis di ormas Islam Muhammadiyah.

Berbincang dengan pemilik akun Twitter @superdoel ini seakan tidak pernah lepas dari pengetahuan baru. Melalui diskusi dengannnya, konsep “freemium” mengalir dengan derasnya. Konsep pemasaran yang menjadi salah satu jargon pemasaran di era pemasaran 2.0 ini diimplementasikan olehnya melalui berbagai jenis layanan yang diberikan kepada kliennya. Dia kemudian menceritakan mengenai perkenalannya dengan salah satu pemilik bisnis jaringan pemasaran terkemuka di Indonesia. Mereka tahu betul cara memanfaatkan besarnya jaringan yang dimilikinya baik secara kualitas maupun kuantitas. Melalui kekuatan jaringan, sang pemilik bisnis ini memanfaatkannya tidak hanya untuk berjualan produk suplemen kesehatan yang notabene masih impor tetapi juga menawarkan pembelian sembako dengan memanfaatkan pemasok lokal. Inilah konsep yang dinamakan “freemium” di mana setiap orang di dalam jaringan tersebut seolah menikmati semua layanan serbagratis tetapi di baliknya ada sebuah potensi besar yang sedikit tetapi bila dijumlahkan akan menjadi kuantitas yang tidak sedikit.

Dua kesempatan silaturahmi ini tentu saja tidak cukup bila dibandingkan dengan kerabat-kerabat lainnya yang telah menyapa JRU di berbagai lini. Kerabat yang pernah menyambangi Forum Wedangan Keliling di Rumah Budaya Tembi pada bulan Ramadhan tahun lalu juga banyak yang belum tersambangi. Semoga ada kesempatan Kelana Komunitas lainnya di mana silaturahmi tatap muka dapat terjalin.
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.