Aku dan Kemudiku

Perjalananku hingga di hari ini adalah hasil arahan para pengemudiku. Kusebut para karena jumlah mereka terlalu banyak untuk kuhitung dan kutahu. Aku sendiri hanya salah satunya. Jadi keliru kalau nasibku di hari ini cuma hasil dari usahaku. Benar ada unsur aku di dalam diriku. Tapi tak terkira jumlah pihak lain dalam diriku yang sangat menentukan perjalananku.

Untuk menjadi penulis saja betapa banyak pihak yang mendukungku. Sepintar apapun aku menulis percuma saja kalau tak ada yang membaca. Ada pembaca pun percuma kalau tak ada yang memuat. Ada yang memuat pun percuma kalau tak diedarkan dan seterusnya. Jadi di setiap nasib seseorang terdapat mata rantai peran pihak lain yang berlangsung secara rumit, intensif, dan simultan. Kedudukan diri sendiri di dalam kerumitan itu sungguh hanya serupa sekrup kecil di belantara mesin mega-raksasa. Persoalannya ialah, kenapa mesin raksasa yang sebagian besar isinya adalah pihak lain itu seolah-olah hanya bekerja untuk kita? Padahal dalam hidup sehari-hari egoisme pihak lain itu amat jelas. Jangankan harus melempangkan karier pihak lain, untuk memberi jalan pihak lain di sebuah kemacetan saja berat kita lakukan. Inilah yang aneh: egoisme yang mudah berlangsung secara individual ini tak mudah berlangsung secara struktural. Penjelasan gampangnya begini, orang paling egois sekalipun harus mau antre karena paksaan sistem dan struktur. Secara individual ia bisa saja marah pada kenyataan ini. Apalagi, makin tinggi kedudukan seseorang makin ia rawan tekanan dan makin tinggi pula standarnya atas kehormatan. Jangankan diminta antre, salah menulis gelar namanya saja sudah akan menyulut persoalan. Tapi walaupun orang ini marah sampai mati tak ada pengaruhnya bagi awan-awan yang berarak. Matahari akan tetap terbit dari timur tak peduli ditolak maupun disetujui. Karenanya, kedudukan individual itu tak banyak artinya dibanding kedudukan struktural. Begitu lemah individu itu sehingga kemampuannya nyaris hanya satu: menyesuaikan. Karenanya inilah yang selalu dibuktikan oleh orang-orang sukses itu: menyesuaikan. Jika ia pengusaha ia menyesuikan kebutuhan pasar. Jika ia ulama ia menyesuaikan kebutuhan umat. Jika ia nelayan akan menyesuaikan angin. Jika ia pialang saham ia akan menyesuaikan gerak teknikal dan gerak fundamental. Karena cuma itulah navigasi hidup. Planet akan terlempar dari dari kedudukannya sebagai planet kalau ia keluar orbit. Agar tetap di dalam orbit itulah.kuncinya. Maka barang siapa berada di dalam orbit, bahkan tanpa berusaha ia akan mendapatkan. Tanpa berjalan ia akan sampai ke tujuan. Tanpa menanam ia akan memanen. Semudah itu? Memang mudah. Bagi pihak yang telah mengorbit semuanya memang menjadi mudah. Untuk berada di dalam orbit itulah yang susah. Bagaimana agar ia mudah? Tanyakan pada Andrie Wongso.

Prie GS Budayawan, Motivator, Penulis Buku Best Seller Tinggal di Semarang
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.