iLik sAs: Otentik itu Harus!

Otentisitas dirilah yang bisa membawa kita pada titik kesuksesan, bukan karena orang tua atau bahkan orang lain sekelas motivator. Inilah yang coba dibedah oleh Founder Jaringan RumahUSAHA, iLik sAs ketika mendapatkan kepercayaan menjadi narasumber kewirausahaan sosial dalam Acara Akademi Berbagi Semarang yang ke-31 “Make The Social Movement” pada Kamis (08/11) kemarin malam.

Dewasa ini, dapat dikatakan banyak motivator yang berbicara mengenai kiat sukses atau keberhasilan. Segala sesuatu yang bersifat lebih senior pun kemudian dianggap menjadi lebih layak dan sahih untuk dipercaya. Padahal, kenyataannya kini banyak anak-anak muda yang bisa berhasil dan membuktikan bahwa dirinya layak untuk dipandang. Hal inilah yang kemudian memancing iLik sAs untuk menyarankan agar kita tak harus sepenuhnya percaya pada orang-orang yang dianggap senior atau motivator sekalipun.

"Jadi, jangan pernah percaya jika ada sebutan wirausaha yang lebih pandai daripada kalian semua," tuturnya bersemangat. Pada hakikatnya, setiap manusia dilahirkan mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Dan menurutnya, berbisnis adalah tidak lebih dari sebuah kompilasi dari kompetensi dan pemahaman filosofis sebagai keunikan yang dihadiahkan berbeda dari masing-masing diri tersebut. Otentisitas inilah yang kemudian mengantarkan setiap manusia mencapai titik terbaiknya.

Ya, keberhasilan seseorang dalam hidup ini sebenarnya bergantung pada diri masing-masing. Pertempuran dan permasalahan terbesar yang terjadi dalam hidup kita sekalipun sebenarnya justru datang dari diri sendiri, bukan orang lain. Apapun yang menjadi kelebihan maupun kekurangan diri, hanya diri sendirilah yang mampu menggiringnya menuju pintu keberhasilan.

Lebih lanjut iLik menegaskan, ketika diri kita mengalami sebuah ketidakfokusan tujuan pun sebenarnya karena kita sendirilah yang secara bodoh merespon segala noise yang ada. “Di sinilah otentisitas diri dalam mencapai sukses, perlu dilengkapi dengan nalar untuk menjalankannya. Nalar itu bisa pikiran atau yang disebut dengan kepercayaan, serta nalar di hati yang disebut dengan keyakinan,” ujarnya.
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.