Mencetak Wirausaha

Bukan rahasia lagi bila Indonesia mengalami kompleksitas tantangan. Kepadatan penduduk, kemiskinan, layanan buruk bagi masyarakat tidak mampu, hingga kerusakan lingkungan adalah sederetan tantangan yang harus segera Indonesia atasi untuk bisa mengejar atau paling tidak agar tidak tertinggal oleh negara-negara lain. Nah bila saja hal ini tidak segera dipikirkan jalan keluarnya, saya yakin Indonesia justru akan semakin terpuruk beberapa tahun mendatang.

Di tengah krisis ekonomi tersebut, tentu kita membutuhkan sosok wirausaha-wirausaha baru yang mampu membangun kembali negeri ini.  Tetapi apakah hal yang mudah untuk mencetak individu-individu baru bermental wirausaha? Tentu tidak  semudah membalikkan telapak tangan untuk mampu mengubah mindset sekaligus mental masyarakat umum menjadi mental-mental berwirausaha. Namun dalam perkembangannya, banyak yang telah mampu membuktikan bahwa mereka bisa mengubah negara ini melalui kewirausahaan.

Bentuk yang mewadahi aktivitas kewirausahaan sosial ini pun beragam. Mulai yayasan, LSM, komunitas, bahkan hingga koperasi. Beberapa diantaranya ialah Yayasan Bina Swadaya, Program Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) atau bahkan Jaringan RumahUSAHA, tempat kami bernaung, telah mampu berjuang dan bertahan untuk terus mencetak wirausaha-wirausaha baru. Para inisiator yang melahirkan barisan wirausaha baru ini merupakan pola yang dapat ditiru siapa saja untuk mencetak para entrepreneur melalui kewirausahaan sosial, walaupun lagi-lagi bukan hal yang mudah untuk menjadi sebuah komunitas solid dengan orang-orang yang harus fleksibel.

Seiring berjalannya waktu, masalah-masalah sosial seperti ini seharusnya bukan hanya individu atau komunitas yang dapat menjawab. Korporasi dan pemerintah pun seharusnya bisa mengulurkan perannya untuk mencetak wirausaha baru lewat program tanggung jawab sosialnya. Caranya, bisa saja mereka bekerja sama dengan masyarakat, menjalin kemitraan dengan mereka untuk menciptakan kesejahteraan sosial dari aktivitas kewirausahaan itu sendiri. Mereka berfilantropi baik secara modal maupun dukungan mental dalam proses menciptakan wirausaha ini, bukan hanya memburu profit semata.

Sesungguhnya, potensi negara ini untuk mencetak wirausaha sangatlah besar. Banyaknya individu-individu yang inovatif serta korporasi dan pemerintah seharusnya bisa secara serius menciptakan kewirausahaan sosial melalui program-program pemberdayaan. Serius di sini dalam artian tidak hanya memberikan kucuran dana sebagai modal, tetapi juga melakukan pendampingan sebagai wujud investasi waktu dan keahlian.

Namun sekalipun peran korporasi ataupun pemerintah penting, tentu saja kita tak bisa selalu bergantung begitu saja. Kita bisa memulainya dari diri kita sendiri. Lagi-lagi saya teringat perkataan Sandiaga Uno dalam acara Forum Wedangan pada rangkaian kegiatan Temu Nasional Kewirausahaan Sosial 2012, 9 September lalu. “Pemimpin harus muncul dengan kearifan lokalnya. Ini kaitannya dengan bagaimana kita bisa memberikan personal best kepada lingkungan di sekitar. Inilah yang seharusnya ditanyakan pada diri masing-masing, Apakah yang terbaik sudah kita lakukan bagi sekeliling kita? Itulah kewirausahaan sosial,” tandasnya.


- iLik sAs, praktisi usaha mikro -
www.iliksas.com
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.