Jodhi Yudono, Cinta Kasih, dan Workshop Kilat

Temu Wiramuda 2008 menyimpan banyak catatan yang mewarnai perjalanannya. Salah satunya adalah kehadiran musikus terapis, Jodhi Yudono dan dua kawannya yaitu Irul dan Tutut. Ketiganya hadir memberikan warna artistik tersendiri bagi kawan-kawan Wiramuda sekaligus menyembulkan inspirasi jika mereka sendiri bisa menciptakan lagu yang cukup layak untuk dipertontonkan kepada publik.

“Mana suara fals-nya?” begitu Jodhi Yudono berseru di tengah lingkaran yang tengah asyik-masyuk mencoba nada-nada dalam sebuah larik lagu. “Ternyata tidak ada suara fals di sini ya...” lanjutnya dengan sedikit bergurau. Suara fals yang bagi banyak orang adalah aib, di tangan musikus Jodhi Yudono adalah sebuah berkah tersendiri. Jodhi kemudian bercerita tentang Iwan Fals, musikus legendaris Indonesia. “Iwan Fals mengeksplorasi ke-fals-annya dan inilah yang membuat dia menjadi “sesuatu” di dunia musik Indonesia,” tuturnya dengan mimik serius. Itulah salah satu hal menarik yang tiba-tiba muncul dalam workshop kilat yang diikuti oleh seluruh anak-anak Wiramuda. Pembimbingnya langsung datang dari Jakarta, musikus yang bersama dengan rekan-rekannya dalam Jodhi Yudono & Quartet on The Street seringkali bermain menghibur persona-persona yang tengah dirundung sakit. Kali ini Jodhi memang tidak dalam formasi selengkap ketika JRU mengundang mereka dalam Forum Wedangan: Tribute to Darmanto Jatman beberapa waktu lalu. Dia datang bersama rekan yang merintis gerakan musik terapi ini, Irul dan istrinya, Tutut Pristiarti. Biarpun datang hanya bertiga, ketiga persona yang benar-benar otentik di ranah musik ini bisa memberikan nuansa tersendiri bagi teman-teman Wiramuda. “Ayo buat reriungan yang membuat saya bisa menjadi satu atmosfer dengan teman-teman muda,” begitu ajakan Jodhi kepada Tim Pamong Wiramuda begitu datang. Jodhi memang datang ke Semarang khusus untuk tampil membawakan nomor-nomor inspiratifnya di ajang Temu Wiramuda 2008 yang dihelat 23 Desember 2008 lalu. Akhirnya, tanpa perencanaan yang begitu matang—karena hanya dijejalkan di tengah padatnya jadwal Wiramuda yang bersiap untuk Temu Wiramuda—workshop kilat itu benar-benar terlaksana. 12 Wiramuda duduk melingkar di selasar depan Griya Wiramuda dan Jodhi—yang kemudian dipanggil para Wiramuda dengan sebutan Pakdhe Jodhi ini—duduk di sisi ujung sambil memegang gitar. Mulailah Pakdhe Jodhi, Om Irul, dan Tante Tutut (begitu mereka menyebut ketiga saudara baru mereka dari Jakarta) beraksi. Di awal workshop, Pakdhe Jodhi berulangkali menekankan jika bermusik, mencipta lagu, dan membawakannya di depan publik adalah hal yang tidak perlu dipikir terlalu rumit. “Siapapun bisa menjadi pencipta lagu, ayo kita buktikan!” begitu ajakan Pakdhe Jodhi. Ajakan yang tadinya disambut dengan malu-malu akhirnya menjadi sebuah drama eksplorasi yang mengasyikkan. Berawal dari sahutan “aku ingin membuat lagu” akhirnya teruntai beberapa larik menjadi sebuah lagu yang didedikasikan untuk seorang ibu. Maklum, workshop tersebut digelar pada 22 Desember 2008 yang notabene adalah Hari Ibu. Ini juga menyiratkan kerinduan mereka kepada sosok ibu mereka di rumah yang sudah dua minggu belakangan mereka tinggalkan. Usai membuat lagu, Om Irul kemudian menantang untuk menyanyikannya. “Ayo dibuat sekalian aransemennya bareng sama Tante Tutut,” ujarnya dengan penuh semangat. Suasana hening sejenak, ketiga musikus ini mencoba mencari tautan melodi yang sekiranya bisa merangkaikan kata-kata itu. Tak ada lima menit, jadilah larikan lirik tersebut menjadi sebuah lagu yang dinyanyikan bersama oleh Wiramuda. “Mudah khan menjadi seorang pemusik?” tutur Pakdhe Jodhi ketika mendapati roman muka para Wiramuda begitu gembira usai menyanyikan lagu buatan mereka sendiri. Ya, kedatangan Pakdhe Jodhi, Om Irul, dan Tante Tutut ini begitu inspiratif. Mereka datang khusus ke Semarang untuk bisa tampil bersama menyemangati para Wiramuda yang tengah menjalani “masa kepompong” untuk menjadi seorang wirausaha muda unggulan. Seperti kedatangan mereka yang lalu di Forum Wedangan, kedatangan mereka kemari juga murni adalah sebuah karya sosial: karya untuk terus menghibur siapa saja yang patut dihibur. Terima kasih Pakdhe Jodhi, Om Irul, dan Tante Tutut! Tuhan selalu menyempurnakan langkah Pakdhe dan teman-teman untuk terus berkarya yang terbaik...
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.