KABAR WIRAMUDA
Langkah Menuju ke Pendampingan Bisnis

Tak terasa, putaran waktu telah membawa perjalanan Pendidikan Wiramuda ke triwulan pertama Masa Pendadaran. Ini berarti sudah setengah langkah perjalanan Masa Pendadaran. Telah banyak yang dibagikan, tetapi masih banyak juga yang harus dipelajari oleh Wiramuda. Baik dari pamong ataupun pengalaman nyata di lapangan.

Masa pendadaran Pendidikan Wiramuda yang sudah berlangsung setengah langkah. Ini adalah saat bagi mereka untuk mulai memumpuk keterampilan bisnis melalui pendalaman di ranah praktis. Apa saja yang dilakukan? Ternyata Wiramuda kita dibagi ke dalam tiga kelompok peminatan yang langsung akan dibimbing oleh Pamong yang sudah lebih dulu malang-melintang di bisnis tersebut. Kelompok pertama adalah pendampingan di karya seni lukis. Ini adalah kelompok pendampingan yang nantinya diproyeksikan untuk menjadi seorang kreator seni rupa yang bukan hanya pelukis tetapi juga mampu menumbuhkan kewirausahaan di ranah seni rupa. Pada tahap awal, mereka memang harus menekuni secara keras bagaimana menghasilkan sebuah karya seni lukis yang mampu berbicara di pasar. Pengalaman visual dan keterampilan selama menekuni dunia desain grafis menjadi modal utama mereka. “Saat ini sudah zamannya bagi seorang perupa memanfaatkan betul berbagai piranti lunak desain grafis,” ujar iLik sAs, anggota Komite Pendidikan Wiramuda yang langsung turut andil memberikan bimbingan kepada Wiramuda di kelompok ini. Kelompok lukis ini beranggotakan Reza Dwi Purwanto, Lina Luthfiana, Sugiyanto, dan M. Syarofiddin Sufa. Sehari-harinya, kelompok ini dibimbing langsung oleh iLik sAs, pamong Heruningsih dan Doni eLKa. Untuk menambah pengalaman visual, selain berupaya menuangkan ide gagasan ke dalam bentuk visual di atas kanvas, mereka juga rajin berkunjung ke beberapa galeri seni lukis di Semarang yang tengah menggelar pameran. “Sebagai pamong, kami juga berupaya menstimulasi mereka untuk menemukan ide-ide yang segar dan lain. Ini penting untuk membantu menemukan karakter mereka,” ujar Doni eLKa yang sehari-harinya menghabiskan waktu bersama mereka. Pengetahuan desain grafis mutlak diperlukan, karena basis kreativitas para Wiramuda ini adalah penciptaan ide dengan bantuan piranti lunak desain grafis. “Jadi tetap ada benang merah antara mereka dengan dunia grafika yang menjadi basis utama Wiramuda,” ujar Doni. Bila empat lainnya memilih lukis, lain halnya dengan Aris Sriyono, Paryono, Sutinah, Tri Herwanti, Taufan Jaka Andika, dan Ahmad Surojudin. Keenam Wiramuda tersebut memilih untuk memperdalam keterampilan desain grafis mereka melalui kelompok pendampingan desain grafis. Kelompok ini tentu saja akan memperdalam keterampilan siap pakai dengan memanfaatkan beberapa piranti lunak seperti Corel Draw, Adobe Photoshop, dan 3D Max. “Belajar desain grafis ternyata tidak ada batasnya, kami merasa makin tertantang,” tutur Aris Sriyono, Wiramuda yang sedari awal menunjukkan minat di dunia desain grafis. Aris dan teman-temannya dibimbing langsung oleh relawan JRU yang sudah memiliki jam terbang tinggi di dunia desain grafis. Ada Agung Kurniawan, Budiyono, Erna Hermiyanti, dan Arif Yudith. Tak hanya itu, mereka juga akan diperkenalkan dengan dunia multimedia seperti penyuntingan hasil rekaman visual, pembuatan animasi presentasi, dan derivasi desain grafis lainnya yang tanpa batas. Sepuluh Wiramuda telah menemukan dunianya, jadi hanya ada dua yang masih belum terceritakan. Keduanya adalah duet dara manis Sri Erna Margawati dan Lilies Fajeri yang memilih untuk berasyik-masyuk dengan dunia tulis-menulis. Mengapa? Ternyata mereka terinspirasi oleh perjalanan Hikmat Kurnia, pemilik kelompok penerbitan Agromedia Pustaka yang pernah bertandang ke kelas Wiramuda. “Kami ingin memiliki penerbitan seperti Pak Hikmat,” ujar mereka sambil tersipu malu. Mengapa harus malu? Ayo jalan sudah terbuka untuk kalian semua! Kedua dara manis ini secara intensif dibimbing langsung oleh Tim Lumbung Kata, salah satu unit pendampingan usaha JRU yang berusaha di ranah “book packaging”. Pada tahapan ini, mereka memang masih dibimbing bagaimana menulis dengan lebih baik dan lebih variatif. Untuk itu, tak ada waktu luang bagi mereka untuk tidak membaca dan kemudian menuliskannya dalam bentuk resume. “Sudah menjadi makan sehari-hari bagi kami jika membaca dan menulis resume,” tutur Lilies Fajeri. Selama delapan jam sehari, mereka menghabiskan waktu untuk membaca baik buku, artikel, ataupun modul menulis. Setelah itu, mereka mempraktikannya ke dalam resume dan berbagai bentuk tulisan. Menurut Widhiandoko, Pamong Pendidikan Wiramuda, langkah ini ditempuh untuk mendekatkan mereka dengan pengalaman nyata di ranah bisnis. “Setelah mereka kami tempa secara karakter personal, kini saatnya mereka kami tempa di karakter bisnisnya,” tuturnya. Pria yang dengan telaten memberikan “sarapan pagi” mulai pukul 07.00-08.00 ini mengungkapkan jika sejauh ini para Wiramuda mampu dan memahami apa saja yang mereka harus lakukan untuk menjadi seorang wirausaha yang tangguh. “Tantangan kami tentu saja adalah terus memberikan pemahaman kepada mereka di ranah kedewasaan agar dapat melihat segala sesuatunya dengan orientasi yang lebih luas,” ujarnya bijak. Selamat berjuang terus para Wiramuda, legenda hidup kalian sebagai seorang wirausaha unggulan telah menanti!
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.