KABAR WIRAMUDA
Makin Beragam, Makin Asyik
Bagi Wiramuda, belajar bisa dilakukan lewat media apapun dan kapanpun. Belajar tidak perlu harus berada di dalam kelas, dalam situasi yang formal, dan terstruktur laiknya sebuah sekolah formal. Mendedikasikan diri sebagai sebuah medium pembelajaran berkelanjutan, Pendidikan Wiramuda selalu berusaha untuk menjadikan setiap detik Wiramuda adalah saat belajar mereka.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Wiramuda pada kelas Senin (17/2) kemarin. Mereka belajar tentang banyak hal melalui sebuah film. Ya, film yang berjudul “Door to Door” tersebut menjadi film pertama yang harus mereka kupas untuk pembelajaran. Film yang diinspirasi oleh kisah kehidupan nyata wiraniaga yang mengidap “cerebral palsy” tersebut merupakan salah satu film yang menginspirasi banyak hal. Mulai dari bagaimana seorang wiraniaga harus bersikap, pentingnya keteguhan dan kesabaran, dan besarnya kasih sayang seorang ibu. “Melalui film mereka kami harapkan memiliki horizon baru dalam pengalaman pembelajaran,” ujar Widhiandoko, Pamong Pendidikan Wiramuda yang setiap paginya memberikan pembekalan kepada mereka. Menurut Widhiandoko, selepas mereka menonton film, mereka diwajibkan untuk membuat resume ataupun kupasan mengenai film tersebut. “Kami akan melihat secara komprehensif bagaimana mereka bisa mengimplementasikan pengetahuan yang sudah kami bagi selama ini,” lanjutnya. Pembelajaran melalui hal-hal yang di luar kebiasaan ini dilakukan bukan hanya ini saja. Wiramuda kini memiliki jadwal tetap untuk bekerja bakti setiap Jumat sebelum mereka beranjak pulang ke rumah masing-masing. Melalui kegiatan bekerja bakti, diharapkan Wiramuda bisa kembali untuk memahami keadaan lingkungan sekitar dan peduli untuk selalu melihat sekelilingnya rapi. Selama ini, radius kerja bakti mereka masih berada di lingkungan BP Dikjur. “Bukan tidak mungkin suatu saat mereka akan bekerja bakti di lingkungan luar sepanjang itu bisa memberikan kontribusi positif untuk mereka,” tutur Widhiandoko menambahkan. Beberapa minggu belakangan juga, mereka selalu dijamu pengetahuan bersama Koordinator Relawan JRU, iLik sAs di kediaman beliau. Suasana yang dibangun memang benar-benar bernuansa “wedangan”, lesehan sembari menyeruput teh hangat yang disajikan bersama kue bandung atau martabak. “Enak, diskusi yang berlangsung jadi cair dan rileks,” ujar Paryono, Wiramuda yang kini didaulat menjadi Pradana menggantikan Lina Luthfiana ini. Bagi iLik yang hari-harinya kini diisi dengan melukis ini, menjamu mereka dengan berbagi rasa adalah keasyikan tersendiri. Panel Komite Pendidikan Wiramuda ini banyak membagikan pengalaman hidupnya seputar bagaimana mengelola bahasa tubuh, berkomunikasi yang lebih efektif, dan belajar untuk tampil sebagai pribadi yang lebih ikhlas. “Saya sebenarnya tidak banyak berbagi, mereka lebih banyak berdialog kemudian saya memberikan penilaian berdasarkan apa yang sudah pernah saya jalani,” ujar iLik. Apa lagi yang akan membuat Wiramuda kita berkembang lebih baik? Tunggu saja kelanjutan ceritanya…
Seperti halnya yang dilakukan oleh Wiramuda pada kelas Senin (17/2) kemarin. Mereka belajar tentang banyak hal melalui sebuah film. Ya, film yang berjudul “Door to Door” tersebut menjadi film pertama yang harus mereka kupas untuk pembelajaran. Film yang diinspirasi oleh kisah kehidupan nyata wiraniaga yang mengidap “cerebral palsy” tersebut merupakan salah satu film yang menginspirasi banyak hal. Mulai dari bagaimana seorang wiraniaga harus bersikap, pentingnya keteguhan dan kesabaran, dan besarnya kasih sayang seorang ibu. “Melalui film mereka kami harapkan memiliki horizon baru dalam pengalaman pembelajaran,” ujar Widhiandoko, Pamong Pendidikan Wiramuda yang setiap paginya memberikan pembekalan kepada mereka. Menurut Widhiandoko, selepas mereka menonton film, mereka diwajibkan untuk membuat resume ataupun kupasan mengenai film tersebut. “Kami akan melihat secara komprehensif bagaimana mereka bisa mengimplementasikan pengetahuan yang sudah kami bagi selama ini,” lanjutnya. Pembelajaran melalui hal-hal yang di luar kebiasaan ini dilakukan bukan hanya ini saja. Wiramuda kini memiliki jadwal tetap untuk bekerja bakti setiap Jumat sebelum mereka beranjak pulang ke rumah masing-masing. Melalui kegiatan bekerja bakti, diharapkan Wiramuda bisa kembali untuk memahami keadaan lingkungan sekitar dan peduli untuk selalu melihat sekelilingnya rapi. Selama ini, radius kerja bakti mereka masih berada di lingkungan BP Dikjur. “Bukan tidak mungkin suatu saat mereka akan bekerja bakti di lingkungan luar sepanjang itu bisa memberikan kontribusi positif untuk mereka,” tutur Widhiandoko menambahkan. Beberapa minggu belakangan juga, mereka selalu dijamu pengetahuan bersama Koordinator Relawan JRU, iLik sAs di kediaman beliau. Suasana yang dibangun memang benar-benar bernuansa “wedangan”, lesehan sembari menyeruput teh hangat yang disajikan bersama kue bandung atau martabak. “Enak, diskusi yang berlangsung jadi cair dan rileks,” ujar Paryono, Wiramuda yang kini didaulat menjadi Pradana menggantikan Lina Luthfiana ini. Bagi iLik yang hari-harinya kini diisi dengan melukis ini, menjamu mereka dengan berbagi rasa adalah keasyikan tersendiri. Panel Komite Pendidikan Wiramuda ini banyak membagikan pengalaman hidupnya seputar bagaimana mengelola bahasa tubuh, berkomunikasi yang lebih efektif, dan belajar untuk tampil sebagai pribadi yang lebih ikhlas. “Saya sebenarnya tidak banyak berbagi, mereka lebih banyak berdialog kemudian saya memberikan penilaian berdasarkan apa yang sudah pernah saya jalani,” ujar iLik. Apa lagi yang akan membuat Wiramuda kita berkembang lebih baik? Tunggu saja kelanjutan ceritanya…