RESOLUSI AKHIR TAHUN
Bergerak Maju Untuk Masa Depan

“Hidup bagaikan sebuah pesawat yang sedang terbang. Jika berhenti, kita akan terjatuh.” Filosofi inilah yang saya serap dan terus pelajari. Ya, hidup adalah sebuah pilihan di mana kita harus terus bergerak maju. Bagaimana tidak, dunia ini terus berputar dan berubah. Jika kita lengah sedikit saja dan diam tanpa melakukan pertumbuhan, kita justru akan semakin tertinggal.

Hal ini saya rasakan betul pada saat lulus dari bangku SMA. Saya tidak mungkin terus-terusan berpangku tangan menunggu rejeki menjemput. Sayalah yang harus bergerak dan bangkit dari keterpurukan ini. “Bila tidak, lalu siapa yang akan membantu beban keluargaku?” pikirku. Singkat kata, saat itulah saya menjajal dunia yang benar-benar baru di Wiramuda dan Jaringan RumahUSAHA (JRU). Keputusan ini berawal dari motif saya untuk meningkatkan taraf dan kualitas hidup keluarga.

Tahun ini, genap dua tahun saya belajar dan bertumbuh bersama dalam komunitas usaha di Semarang ini. Suka, duka, jerit, tawa, haru dan air mata campur menjadi satu. Saya belajar banyak ilmu di sini. Tak hanya ilmu dalam menggelindingkan usaha, tetapi saya juga belajar tentang ilmu hidup, yaitu bagaimana kita menjalin hubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan Sang Pencipta. Saya merasakan pertumbuhan pribadi yang sangat signifikan. Dari waktu ke waktu, saya merasa menjadi pribadi yang lebih dewasa, lebih bersyukur, dan mengerti arti hidup.

Bersama komunitas yang beralamat di Jalan Brotojoyo ini, saya juga bisa bertemu dan menjalin hubungan dengan orang-orang “besar” yang mungkin tidak akan saya temui bila tetap berdiam diri seperti dulu atau memilih bekerja di tempat lain. Di antaranya Sandiaga S. Uno (Pendiri PT Saratoga), Hikmat Kurnia (owner Agromedia Group), Prie GS (motivator dan budayawan), Kristian Hardianto (owner BPR Gunung Rizki dan Sekartama), Jodhi Yudono (musisi dan budayawan), dan lain-lain.

Ya, bisa berkumpul bersama para sahabat Wiramuda dan para saudara JRU adalah momen terindah dalam hidup. Namun munafik rasanya bila saya mengatakan bahwa tidak ada duka yang saya rasakan. Salah satunya adalah ketika saya harus memutuskan untuk tidak tinggal bersama keluarga karena harus tinggal di asrama. Rasa rindu sering menggelayut, terutama rindu kepada adik-adik di rumah.

Terlebih lagi kini saya harus tinggal sendirian dalam rumah "asrama" yang cukup besar, karena para sahabat yang lain sedang ditugaskan mengelola salah satu bisnis JRU di Kudus. Walaupun terkadang merasa kesepian, namun saya juga tak begitu saja patah semangat. Saya selalu mengingat kata-kata Anne Ahira yang mengatakan bahwa kesendirian tak selalu mematikan.

Satu hal lain yang membuat saya geregetan adalah proses pembuatan ISBN bisnis penerbitan milik saya dan tim yang memakan waktu lama. Sejak bulan Juli, iLik sAs (founder JRU), Adhimmas Nugroho (relawan JRU), saya, dan Lina, salah seorang sahabat di Wiramuda, bersama-sama membangun sebuah bisnis di bidang penerbitan. Sama seperti bisnis penerbitan yang lain, kami harus mendaftarkan ISBN sebelum mencetak dan menerbitkan buku. Sampai sekarang, proses pembuatan ISBN yang kami ajukan ke Jakarta tak kunjung selesai, bahkan belum ada kabar perkembangan sama sekali.

Namun bagaimanapun juga, semua itu hanyalah masalah yang tak lebih dari sebuah tes kehidupan bagi saya. Seperti halnya seleksi alam, siapa yang bisa melewati, dia yang akan terus bertahan hidup. Semakin banyak masalah yang bisa dilalui, semakin banyak hikmah yang bisa dipetik. Hikmah inilah yang kemudian menjadi “uang saku” untuk tumbuh menjadi sosok pribadi yang lebih baik.

Kini, tahun macan 2010 yang banyak menyimpan kenangan dalam hidup saya segera berlari menuju tahun kelinci 2011. Saya mempunyai beberapa resolusi penting di tahun 2011. Pertama, saya ingin segera membangun sebuah bisnis, seperti halnya teman-teman saya yang lain. Saya ingin ISBN yang proses pengajuannya sudah berjalan kurang lebih 6 bulan ini segera selesai. Dengan demikian, saya bersama tim penerbitan bisa segera menjalankan dan mengelola bisnis ini, terutama menerbitkan beberapa buku yang sudah siap cetak.

Resolusi kedua adalah mempunyai sebuah motor yang bisa saya gunakan untuk mobile, menggantikan sepeda biru yang biasanya menemani saya kemana-mana. Resolusi yang satu ini sebenarnya merupakan target tahun lalu yang sampai saat ini belum tercapai. Bila di tahun 2010 saya menargetkan mempunyai BeAT putih, di tahun 2011 saya bertekad membeli Scoopy putih. Saya pikir resolusi ini bukan hanya sekadar impian. Keyakinan ini setara dengan apa yang dikatakan Napoleon Hill, “What the mind of man can conceive and believe, it can be achieve.” Jika kita bisa memikirkan sesuatu dan meyakininya, maka kita akan mendapatkannya.

Semangat beresolusi! Selamat menentukan target masa depan dan menggapainya!

Serena Marga
Wiramuda, Relawan JRU
twitter: @saoriserena

Tidak ada komentar:

Silahkan isi komentar ...

Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.