Perlunya Adversity Quotient

Tak jarang dalam dunia bisnis pengusaha memiliki kecerdasan yang lengkap, seperti kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan emosional (EQ). Tapi apakah semua hal itu menjamin kesuksesan mereka? Tentu tidak. Terbukti banyak perusahaan yang start-up dengan prestasi gemilang di awal kemunculannya, namun selangkah kemudian bertumbangan bak ditelan bumi.

Mereka yang begitu cerdas mengkonsep dan mengawali bisnisnya dengan prestasi mengagumkan, tak tahan hanya dengan hentakan beberapa kendala dan halangan bisnis. Pada umumnya ketika seseorang dihadapkan pada hambatan, kesulitan, atau ada beberapa bagian yang tidak sesuai skenario, mereka akan berhenti berusaha sebelum kemampuannya benar-benar teruji. Alhasil, kesuksesan yang diidam-idamkan tak akan dipegang bila menyerah begitu saja.

Lalu apa yang berpengaruh dalam hal ini? Kecerdasan daya tahan (Adversity Quotient) punya pengaruh yang besar dalam meraih kesuksesan. Hal ini yang mengantarkan kita untuk terus berjuang menghadapi kendala atau kesulitan bisnis. Daya tahan inilah yang sebenarnya menentukan siapa juara sejati dalam berbisnis. Komitmen yang kuat terhadap cita-cita bisnis yang tertuang dalam rencana bisnis (bussiness plan) tentu harus dibarengi dengan bermacam-macam kecerdasan, terutama kecerdasan daya tahan ini.

Kecerdasan daya tahan mengandung dua unsur, yaitu endurance dan control. Endurance adalah bagaimana seseorang memandang jangka waktu berlangsungnya masalah yang muncul. Apakah orang itu cenderung memandang masalah tersebut secara permanen dan berkelanjutan atau dia bisa mengatasinya menjadi masalah jangka pendek. Control artinya kendali yang dimiliki seseorang terhadap masalah yang muncul. Apakah dia tidak berdaya dengan adanya masalah tersebut, atau dia mampu memegang kendali.

Kita bisa menyimbolkan adversity quotion sebagai api, berkaitan dengan tingginya cita-cita, bulatnya tekad, berkobarnya semangat, dan militannya aktivitas. Sebagai contoh, Umar bin Khattab. Pada jamannya, ia dikenal sebagai petarung dan panglima yang tangguh, nyaris tak terkalahkan karena daya juangnya yang tinggi. Dia kemudian diangkat sebagai pemimpin untuk negerinya dan sekitarnya. Jelas, semua itu karena Umar bin Khattab termasuk orang yang mempunyai kecerdasan daya tahan tinggi. Dia memendam passion serta mempunyai endurance untuk terus berjuang.

Begitu juga dalam bisnis, untuk menjadi pemenang, seseorang perlu melakukan langkah-langkah bisnis yang tepat untuk merealisasikan kesuksesannya. Kecerdasan daya tahan inilah yang membedakan siapa yang dapat melampaui kinerja superior dan siapa yang gagal, siapa yang bertahan dan siapa yang akan menyerah begitu saja, serta seberapa jauh seseorang dapat bertahan untuk mengatasi semua kendala.

Lalu tipe seperti apakah diri kita? Termasuk orang yang cenderung ‘menciut’ ketika kendala menghadang, atau tergolong orang yang menganggap bahwa kesulitan itu hanya tantangan yang membungkus peluang, dan terus bertahan untuk berjuang menghadapi semua yang menerjang. Oleh karena itu, kamus bernama menciut, mundur, menyerah, atau lempar handuk harus segera dihapus dalam diri kita, Gantilah menjadi satu kata, DAYA TAHAN. Kata inilah yang akan mengantarkan kita ke depan pintu kesuksesan. Buktikan!


Serena Marga
Wiramuda, Relawan JRU
twitter: @saoriserena
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.