Lihatlah Apa yang Orang Lain Tidak Lihat

Ketika melihat orang yang sudah terlebih sukses, kita akan cenderung bertanya bagaimana jejak karirnya, apa yang membuat mereka bisa lebih unggul, apa yang membedakan mereka dengan orang kebanyakan hingga bisa melesat tinggi sedangkan yang lain masih tetap pada tempatnya, dan lain-lain. Banyak sekali pertanyaan semacam ini yang bisa jadi melayang-layang di pikiran kita ketika dihadapkan pada orang-orang sukses dengan pandangan prestasi yang memukau.

Seseorang bisa sukses semata-mata bukan karena keberuntungan atau sentuhan magis yang bisa saja kita duga. Nyatanya, orang-orang tersebut bisa sukses karena mereka berpikir dan bertindak lebih dari orang pada umumnya. Orang-orang sukses berkarya dalam waktu yang lebih banyak dan tidur lebih sedikit dari orang rata-rata. Mereka mampu menemukan cara-cara yang lebih cerdas dibanding orang biasa, bahkan mereka juga mampu menemukan peluang menakjubkan yang biasanya tidak disangka.

Seperti inilah pula yang saya lihat dari Rustono, The King of Tempeh. Terlahir di kota kecil Grobogan, Jawa Tengah ternyata tidak menyurutkan semangat juangnya untuk meraih mimpi besarnya. Keinginannya untuk menjadi orang sukses membuat dirinya yang dulu hanya seorang bell boy Hotel Sahid Yogyakarta berpikir lebih keras daripada teman-teman sejawatnya dulu.

Salah satu cara yang ia tempuh adalah dengan merintis usaha tempe di negeri sakura, Jepang. Mungkin awalnya idenya tersebut terdengar seperti lelucon, tetapi ia sama sekali tidak pernah merespon argumen negatif tentang idenya tersebut. Berbeda dengan orang kebanyakan, ia justru melihat idenya ini sebagai peluang bisnis baru yang belum pernah ada sebelumnya di Negara Jepang.

Berbekal pengalaman dan pengetahuannya di beberapa sektor industri, hati kecil Rustono mulai terdorong untuk membuka peluang bisnis baru yang belum pernah ada sebelumnya di Negara Jepang. Sebelumnya, ia terinspirasi melihat makanan khas Jepang bernama nato, yaitu makanan yang terbuat dari kedelai dengan rasa yang sangat khas. Dari situlah ia ingin mengembangkan usaha tempe di Jepang. Menurutnya, jika nato saja banyak sekali peminatnya, tentu tempe juga akan banyak orang yang menyukai.

Proses trial and error ia jalani kurang lebih selama empat bulan dalam membangun usaha tempe ini. Ia juga rela pulang ke Indonesia khusus untuk belajar membuat tempe selama tiga bulan. Tekadnya yang kuat serta semangatnya yang tinggi untuk terus belajar membuat tempe dengan kualitas optimal, membuatnya semakin mahir dalam produksi. Ditambah dengan kejeliannya melihat peluang yang orang lain tidak bisa menangkap tentu menjadi sebuah nilai plus dalam pengembangan bisnis.

Alhasil, walaupun awalnya mengalami kendala di sana-sini, usahanya mengembangkan bisnis tempe ini semakin membuahkan hasil. Bila dulunya usaha tempe Rustono dijalankan di rumah kecilnya, kini ia berhasil membangun pabrik tempe di kawasan pinggir hutan seluas 1.000 meter2. Dengan kemasan produk 200 gram, sekarang ini kapasitas produksi tempenya dengan bendera Rusto Tempeh bisa mencapai 16.000 bungkus setiap lima hari ke seluruh kota di Jepang, baik di perusahaan jasa boga, rumah makan vegetarian, toko swalayan, sekolah-sekolah, hingga ke beberapa rumah sakit di Fukuoka.

Terlihat bahwa Rustono mempunyai kejelian membaca peluang bisnis. Bisa dikatakan, ia bahkan bisa melihat apa yang orang lain tidak dapat lihat. Di awal mungkin kita akan ditertawakan bahkan dianggap aneh orang kebanyakan. Tetapi dari sini justru kita harus tetap pada keyakinan karena yang penting bukan apa yang dikatakan orang lain tentang sesuatu tapi apa yang kita yakini dengan kebulatan hati. Ketika ide itu menjadi keyakinan maka akan menjadi sebuah keniscayaan dalam menggapai kata sukses.
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.