Kerja Keras, Kerja Cerdas

Kita semua memang tahu bahwa untuk sukses, seseorang harus bekerja keras. Dalam dunia kerja misalnya, karyawan yang lebih rajin dan tekun akan lebih mudah untuk disukai atasannya dibandingkan karyawan yang biasa-biasa saja. Dalam dunia otomotif, pembalap yang lebih sering berlatih akan lebih berpeluang untuk menang dibandingkan dengan pembalap yang berlatih biasa-biasa saja. Dalam dunia pendidikan, seorang pelajar yang lebih rajin belajar dan mengerjakan tugas akan lebih berpeluang untuk memperoleh nilai tinggi.

Tetapi apakah hanya kerja keras yang kita perlukan untuk menggapai keberhasilan? Tentu tidak. Orang yang beretos tinggi tentu mengetahui hal ini, bahwa dalam mencapai sebuah tujuan tidak hanya diperlukan kerja keras, namun juga kerja cerdas. Jika kerja keras diartikan sebagai bentuk usaha yang terarah dalam mendapatkan sebuah hasil dengan menggunakan energi sendiri, kerja cerdas dapat diartikan sebagai bentuk usaha terarah untuk mendapatkan sebuah hasil dengan menggunakan kecerdasan sebagai daya ungkit prestasi kerja dan efisiensi.

Orang-orang beretos tinggi mempunyai dua komponen penting ini sekaligus. Mereka tahu bagaimana tahu bagaimana mengelola potensi dan kemampuannya secara optimal. Atlet lari yang cerdas akan menyimpan energinya di awal lomba kemudian baru mengeluarkan seluruh energi yang tersisa menjelang garis finish.

Orang yang bekerja secara cerdas ini dapat dianalogikan seperti pengungkit. Dengan menggunakan pengungkit, kita akan dapat mengangkat pekerjaan yang berat dengan energi yang relatif kecil. Demikian pula dengan orang-orang yang bekerja cerdas. Kita dapat menghasilkan sesuatu yang lebih besar dengan pengorbanan seminimal mungkin dengan menggabungkan kerja keras dan kerja cerdas.

Kerja keras dan kerja cerdas memang bukan merupakan hal yang saling bertolak belakang, melainkan saling bersinergis. Seperti contoh yang saya utarakan tadi, jika seorang atlet hanya berlatih dengan keras tanpa menggunakan daya pikirnya, ia tidak akan mudah meraih kemenangan. Demikian pula dengan profesi lainnya. Misalnya pengusaha, seorang pengusaha tetap harus menggunakan kecerdasannya dalam kerja kerasnya.

Bahkan para perampok atau pencuri pun menerapkan teori kerja keras dan kerja cerdas ini. Bayangkan bila mereka tidak mempunyai etos bekerja yang tinggi, saya yakin mereka tidak akan pernah berhasil merampok atau mencuri. Mereka mempunyai semangat kerja yang tinggi sekaligus taktik yang cerdas. Namun sayangnya apa yang mereka kerjakan bukanlah suatu perbuatan yang positif.

Etos kerja positif yang berupa kerja keras dan kerja cerdas haruslah diimbangi pula dengan pikiran positif, dilakukan dengan cara-cara yang positif dan untuk mencapai tujuan yang positif. Bila tidak, sama halnya kita seperti perampok atau pencuri. Inilah yang selanjutnya harus kita tanyakan pada diri sendiri, apakah kita sudah menggabungkan semua komponen tersebut? Jika belum, segera bersinergilah hingga etos kerja positif tersebut menjadi kesuksesan yang positif pula.
Supported by LumbungMedia.com. Diberdayakan oleh Blogger.